actasurya.com – Perusahaan Gas Negara (PGN) Saka merupakan perusahaan hulu migas pengangkut dan distribusi gas alam terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan milik negara yang wilayah operasinya berdekatan dengan lingkungan masyarakat Ujung-pangkah, Gresik, PGN Saka tentu harus menjaga terjalinnya hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar.
Subali, penulis buku bertajuk Living in Harmony Sebuah Interaksi Sosial di Blok Pangkah menghelat Diskusi Buku yang bekerja sama dengan Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR), serta SKK Migas dan PGN Saka, Kamis (7/1).
Bertempat di Ruang Adi Sukadana, FISIP UNAIR, acara dimulai sekitar pukul 09.30 dan diawali dengan tarian remo. Acara ini turut dihadiri oleh L. Dyson selaku Guru Besar Antropologi UNAIR, Dukut Imam Widodo selaku penulis buku dan sejarawan, Subali selaku penulis Buku Living in Harmony, serta perwakilan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprof Jatim) menggantikan Gubernur Jatim yang berhalangan hadir.
Living in Harmony berisi tentang sejarah, kondisi geografis dan demografi Kecamatan Ujung-pangkah serta kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya. PGN Saka memahami aktifitas di Blok Pangkah berdekatan dengan pemukiman, maka upaya-upaya untuk membangun hubungan yang baik terus dilakukan.
Dari perspektif pembangunan berwawasan sosial, mengelola industri hulu migas juga perlu mampu menggunakan pendekatan sosial kepada masyarakat. Salah satunya melakukan pendekatan dengan hati, bukan dengan penaklukan. “Kami melakukan pendekatan dengan hati. Bagaimana kami bisa menjalin chemistry dengan masyarakat yang apabila kami bertamu dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka,” jelas Subali.
Salah satu pendekatan yang PGN Saka lakukan adalah dengan mengajak engineer ke sekolah sekolah untuk mengedukasi supaya para siswa mengerti tentang migas. “Kami juga mengajak engineer bahkan manager kami dari Jakarta untuk mengajar ke sekolah-sekolah supaya siswa melek tentang migas,” ujar laki-laki yang juga merupakan lulusan FISIP UNAIR ini.
Tidak melulu melakukan pendekatan dengan mengedukasi, PGN Saka juga bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Gresik dalam program CSRnya. Yakni dalam program pendidikan, program kesehatan, program ligkungan dan program sosio ekonomi.
Harapannya buku Living in Harmony juga dapat menjadi diskursus keilmuan. “Kami berharap Living in harmony bisa menjadi diskursus keilmuan tentang interaksi sosial, CSR community, dan lain lain,” tuturnya. (N/F: Elisa/Farid)