actasurya.com – Kegiatan berlari tidak lagi melulu hanya sebatas sebagai kegiatan olahraga belaka. Melainkan sudah menjadi salah satu tren dan gaya hidup yang populer diminati. Belakangan ini, banyak kalangan baik muda maupun lanjut mulai menggemari olahraga ini. Terlihat di sudut-sudut perkotaan, baik di pinggiran jalan maupun di taman, tak jarang yang meluangkan waktunya untuk berlari.
Seiring berjalannya waktu, penghobi lari semakin bertambah. Bahkan di sebagian besar kota-kota besar mulai bermunculan komunitas-komunitas lari. Seperti yang ada di Surabaya sendiri berdiri komunitas “Indo Runners Surabaya”. Komunitas ini muncul setelah tiga tahun didirikannyakomunitas Indo Runners di Jakarta pada tahun 2009.
Komunitas Indo Runners Surabaya berdiri tepatnya pada 29 April 2012. Kala itu, pendirinya yakni Chris Paul. “Ketika itu, Chris Paul juga dibantu oleh seorang, Kamil namanya,” terang Reza, koordinator Indo Runners Surabaya saat ini, Senin (27/7).
Reza menambahkan, salah satu tujuan komunitas ini ialah untuk menghapuskan pandangan masyarakat terhadap kegiatan lari. Banyak orang yang sebelumnya beranggapan bahwa lari identik dengan hukuman. Ketika seseroang melakukan kesalahan, maka dia akan dihukum berlari, seperti yang terjadi di beberapa lembaga pendidikan baik SD maupun tingkat berikutnya.
“Kita ingin merubah mindset khalayak bahwa lari tidak lagi sebagai hukuman, melainkan justru sudah menjadi gaya hidup saat ini,” imbuhnya.
Pada awalnya dibentuk, komunitas ini hanya terdiri dari 3- 5 orang. Secara rutin, seminggu sekali dilakukan lari bersama pada hari Minggu pagi. Menginjak tahun 2013, anggota Indo Runners Surabaya kian bertambah. Permintaan penambahan jadwal lari pun bermunculan. Akhirnya, berbarengan dengan bulan puasa dimulai diberlakukannya jadwal lari malam sebulan dua kali.
Selanjutnya, jadwal pun kembali ditambah. Yakni pada Selasa dan Kamis malam tiap minggunya. Jadwal ini kemudian terus berlanjut hingga saat ini. Reza menyebutkan,sekarang dalam sekali lari, pengikutnya bisa mencapai 30-50 orang. Adapun rute yang ditempuh ketika melakukan Sunday Morning Run (SMR) dimulai dari salah satu apotek di sekitar Jalan Darmo, Surabaya.
“Kalau untuk Selasa dan Kamis malam, biasanya start mulai parkir sebelah timur Plaza Surabaya. Lalu mengarah ke Balai Pemuda, Taman Absari, penyeberangan arah Tunjungan Plaza, Patung Karapan Sapi, Monumen Bambu Runcing dan kembali lagi ke Delta,” jelasnya.
Dilihat dari trek yang dilalui, lari dikelompokkan menjadi dua. Yakni di lintasan aspal (road running) dan juga trail running (melalui jalur perbukitan atau gunung). Sementara dari jarak yang ditempuh, terbagi dalam beberapa kelas. Reza menyebutkan, pertama dimulai dari jarak terpendek 10 kilometer, lalu 21 kilometer (half marathon) dan 42 kilometer (full marathon). Ini yang biasanya digunakan dalam perlombaan internasional.
Indo Runners Surabaya sendiri aktif berpartisipasi dalam berbagai event perlombaan lari, baik tingkat nasional maupun internasional. Seperti beberapa waktu yang lalu, Sarong Fun Run (26/7) dalam memperingati Muktamar NU ke-33. Selain itu, juga dalam acara tahunan, seperti Bali Marathon, Bromo Marathon, Bromo Tengger Semeru Ultra (lebih dari 42 kilometer), Rinjani Ultra dan sebagainya.
“Biasanya dalam perlombaan itu juga menjadi ajang kita berkumpul dengan anggota Indo Runners kota lain, yang sudah ada hampir di 36 kota besar di Indonesia,” tuturnya.
Di samping aktif dalam berbagai helatan, belakangan ini Indo Runners Surabaya memiliki program lainnya. Salah satunya dengan program amal dan sosial dengan memakai aplikasi penghitung kilometer. Sehingga dari alat itu nantinya kilometer yang ditempuh saat berlari, ditukarkan dengan uang kemudian disumbangkan.
Mengenai anggota yang tergabung dalam komunitas ini terbilang beragam. Dimulai dari orang biasa hingga kalangan atlet. Kendati demikian, anggota tidak diharuskan bisa berlari dalam jarak yang ditentukan. “Kita tidak paksa. Lagipula kita larinya santai saja agar teman-teman lainnya dapat mengikuti. Tidak masalah jika setelah 1-3 kilometer berhenti, “terangnya.
Biasanya, lanjut Reza, dalam beberapa bulan anggota yang baru secara bertahap akan mampu mengikuti. Ditanya tentang latar belakang anggota yang masuk, Reza mengaku beragam. Ada yang supaya berhenti merokok hingga ingin menurunkan berat badan. Terbukti dengan rutin mengikuti kegiatan dalam komunitas ini, mereka merasakan perubahan.
Seperti yang dirasakan oleh Alfreda Hendryelian, anggota dari Indo Runners Surabaya. Pria yang kesehariannya bekerja di Bakesbangpol dan Linmas Kota Surabaya ini merasakan perkembangan yang signifikan terhadap dirinya setelah masuk dalam komunitas ini. Mulanya, dia berniat agar dirinya kuat lari, mengingat berat badannya sebelum masuk mencapai 115 kg.
“Sebelumnya saya pernah mengikuti angkat besi. Namun semenjak cidera, saya memutuskan untuk berhenti dan masuk dalam komunitas Indo Runners Surabaya,” katanya.
Ia mengaku sejak awal dirinya tidak pernah berkeinginan diet dengan mengurangi porsi makannya. Oleh karena itu, dengan dirinya kuat lari secara otomatis beratnya akan menurun. Benar saja, pria yang baru masuk dalam komunitas sejak Februari 2013 ini, sudah berhasil turun menjadi 85 kg. “Ya, turunnya sekitar 30 kg,” imbuhnya.
“Tidak langsung saya bisa berlari jauh. Bertahap dulu dari 5 kilometer tanpa henti sampai akhinya sekarang bisa full marathon,” tambah pria yang juga mengikuti Sarong Fun Run ini. (N/F : faz/dok pribadi)