actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook X (Twitter) Instagram
TRENDING
  • Mahasiswa Stikosa AWS Membersamai UMKM Kampung Kue Rungkut Surabaya Untuk Melek Digital
  • Hari Ibu Jadi Momentum RTIK Surabaya Kenalkan Teknologi AI untuk Pemasaran Digital
  • Berani Berbisnis: Mahasiswi Inspiratif Seimbangkan Pendidikan dan Usaha
  • Peringatan Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional 2024 dengan Pameran dan Orasi Kemanusiaan di Unair
  • Aksi Darurat Demokrasi di Surabaya, Buntut Kontroversi RUU Pilkada
  • Tolak RUU Penyiaran, Koalisi Masyarakat dan Pers di Surabaya Gelar Aksi
  • Laboratorium Jurnalisme di Kampus Wartawan
  • Bangun Kemampuan Berbicara Depan Umum, UKM Surabaya Muda Gelar Pelatihan Public Speaking
Facebook X (Twitter) Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»BERITA»Kostum Daur Ulang Jadi Magnet di Festival Rujak Uleg Surabaya 2019
BERITA

Kostum Daur Ulang Jadi Magnet di Festival Rujak Uleg Surabaya 2019

redaksiBy redaksi18 Maret 2019
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Tri Rismaharini sangat mengapresiasi kostum peserta Rujak Uleg, karena menggunakan bahan daur ulang, Minggu (17/03).

Actasurya.com – Selain kehebohan gaya dan cara peserta menguleg rujak,  kostum yang peserta pakai di acara Festival Rujak Uleg Surabaya 2019 pun tak kalah ramai sekaligus menarik perhatian pengunjung. Peserta tak hanya sekadar menguleg, namun juga menampilkan sesuatu yang atraktif dan energik alhasil kian menambah kehebohan peserta Festival Rujak Uleg, Minggu (17/3).

Peserta festival tahun ini mengenakan kostum unik, mulai dari bertema kontemporer, tokoh pewayangan, kostum daur ulang, hingga baju adat seluruh nusantara. Seluruh peserta yang ikut dalam festival ini memang diwajibkan mengenakan kostum serta  bertata rias unik. Kerumitan kostum masing-masing peserta menjadi penilaian dalam lomba ini, selain rasa rujak yang dibuat, presentasi, dan kostum terbaik.

Salah satu pemenang dari kategori kostum terbaik, yakni peserta asal kecamatan Rungkut Tengah, Surabaya, mereka mengusung tema Jepang dengan ornamen dari daur ulang barang bekas yang disulap menjadi gaun berwarna pink seperti bunga Sakura.

“Saya pribadi gak nyangka kalau kostum yang saya pakai ini jadi kostum yang terbaik, karena melihat kostum yang ada di festival ini juga bagus-bagus, jadi saya gak kepikiran kalau menang untuk kategori ini,” ungkap Azizah Rahma Amalia

Untuk pembuatan gaun khas Jepang ini membutuhkan waktu  dua minggu. Bahan yang dikenakan terbuat dari bahan daur ulang plastik botol, sehingga memberikan nilai tambah untuk kategori kostum terbaik.

Azizah pun menyampaikan harapan untuk warga Surabaya, “kita sebagai warga Surabaya harus melestarikan budaya khas Surabaya dan jangan malu untuk menggunakan baju berbahan daur ulang, karena bahan yang kita anggap tidak layak, dapat memberikan nilai tambah dan bisa dikenal banyak orang,” cakapnya

Tak hanya Azizah saja,  peserta Festival Rujak Uleg dari SMK St. Louis, Stevani yang mengenakan kostum unik ala putri kerajaan Banyuwangi yaitu Jejer Gandrung Banyuwangi, di mana kostum ini dipenuhi dengan manik-manik dari daur ulang tutup botol minuman dan memiliki sayap menjulang berwarna emas.

“Selama satu bulan, kami telah mempersiapkan kostum ini. Kami memilih baju khas Banyuwangi ini karena ingin memperlihatkan bahwa kota Banyuwangi kota paling ujung di Jawa Timur itu memiliki banyak wisata terutama di baju khas Banyuwangi, seperti yang saya pakai, dan ini upaya kita untuk memperkenalkan kota Banyuwangi,” ucap Stevani.

Hadir pula ratusan tamu undangan dari beberapa negara yang juga ikut berpartisipasi menjadi peserta, salah satunya Tara Bsnedjee Dafi (58) yang merupakan Presiden Asosiasi India. Ia mengenakan pakaian tradisional India dengan perpaduan warna hijau dan coklat. Perempuan yang sudah menetap di Surabaya selama 24 tahun ini, mengaku sangat senang mengikuti festival ini.

“Saya sangat senang sekali, apalagi orang-orangnya juga sangat ramah dan kita juga harus belajar dari orang  Indonesia untuk tetep tersenyum, walau ada masalahpun juga tersenyum” ungkap Tara.

Acara yang diselenggarakan satu tahun sekali ini,  dihadiri 1.801 peserta yang terdiri dari perwakilan dari 31 kecamatan dan kelurahan se-Surabaya, perwakilan 36 Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Komunitas warga Negara Asing dan perwakilan mahasiswa asing yang ada di kampus Surabaya, komunitas suku daerah yang ada di Surabaya, komunitas masyarakat Tionghoa, serta komunitas masyarakat lampung dan komunitas masyarakat Bima, NTB. (N/F: alf/ftr) 

 

actasurya.com event surabaya festival 2019 festival meriah 2019 Festival rujak uleg festival rujak uleg 2019 LPM Acta Surya
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website
  • Facebook
  • X (Twitter)
  • Instagram

Related Posts

Mahasiswa Stikosa AWS Membersamai UMKM Kampung Kue Rungkut Surabaya Untuk Melek Digital

5 Juli 2025

Hari Ibu Jadi Momentum RTIK Surabaya Kenalkan Teknologi AI untuk Pemasaran Digital

23 Desember 2024

Berani Berbisnis: Mahasiswi Inspiratif Seimbangkan Pendidikan dan Usaha

6 September 2024

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.