actasurya.com – Di era sekarang, banyak orang yang meremehkan kaum Disabilitas atau keterbatasan fisik. Terutama yang menyandang Tuli. Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan hak nya dan di anggap sebelah mata oleh orang yang normal. Melihat fenomena seperti itu, salah satu komunitas di Surabaya prihatin atas peristiwa yang terjadi oleh orang Tuli.
Bertempat di ruang aula Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur, Komunitas Arek Tuli Surabaya (KARTU) menghelat seminar bertajuk “Aku Tuli, Aku Bisa, Aku Juara” Minggu (22/10). Pada diskusi ini diisi oleh empat pembicara, yaitu Laura Lesmana Wijaya (Linguistik Bahasa Isyarat), Fikri Muhandis (kaum Tuli), Phieter Angdika (Wakil Organisasi Tuli) dan Lies Arum Wardhani (perwakilan orang tua dari anak Tuli berprestasi).
Acara ini diselenggarakan untuk menyadarkan bagi para orang tua yang memiliki anak yang Tuli agar bisa menerima apapun keadaan anaknya. Menurut Bunga Islami sambil menggunakan bahasa isyarat, “bahwa acara ini digelar bertujuan agar orang tua dan anak bisa saling berkomunikasi tanpa ada hambatan. Serta membagikan informasi tentang pentingnya kesadaran masyarakat dan orangtua punya anak Tuli, bahwa di sekitar kita ada saudara kita yang Tuli yang juga memiliki hak untuk berkomunikasi dan bersosialisasi,” tutur Ketua Komunitas Arek Tuli Surabaya.
Seminar tersebut juga dihadiri oleh Sekretaris Diskominfo Jatim, Sri Ambarrukmi, saat memberikan sambutan seminar, Minggu (22/10). Ia mengatakan Sejalan dengan UU No 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas. Salah satunya dengan memberikan peluang atau menyediakan akses kepada penyandang disabilitas untuk menyalurkan potensi dalam segala aspek penyelenggaraan bernegara dan bermasyarakat.
Suasana seminar yang dilaksanakan pukul 09.00 hingga 15.00 WIB ini berlangsung sangat kondusif saat pemateri memaparkan materinya kepada audience dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun Para pemateri didampingi oleh anggota KARTU untuk mempermudah berkomunikasi kepada audience yang tidak menyandang tuli.
Seminar pada siang hari ini, diikuti oleh para orang tua yang memiliki anak penyandang Tuli dan beberapa orang yang mengalami Tuli. Tema yang diambil oleh KARTU pada acara ini agar hak orang Tuli itu bisa setara dengan orang normal lainnya. “Bahwa kita penyandang Tuli harus bisa sama dengan orang normal. Di Undang-Undang juga sudah dijelaskan bahwa kaum disabilitas tidak boleh diremehkan lagi,” ujar wanita Berjlilbab ini.
]Acara yang digelar dalam rangka hari jadi yang pertama Komunitas ini juga memiliki motivasi untuk para peserta “bahwa orang tua penyandang tuli harus sadar tentang hak anaknya yang tidak bisa dibeda-bedakan dengan orang normal dan agar anak mereka merasa senang dengan menggunakan bahasa isyarat,” ucapnya.
Di ujung obrolan pewarta Acta Surya dengan bunga, ia menjelaskan harapan acara ini untuk kedepannya, “semoga dengan adanya acara ini bisa mendorong kesadaran masyarakat dan orang tua untuk lebih mengenal hak tuli dan budaya tuli,” tutupnya.
(N/F : Alfa Kumala, Rizki Ismi Amalia)