Actasurya.com – Pasca keluarnya kebijakan oleh akademik mengenai Minggu Tenang yang berkurang menjadi tiga hari, serta UAS yang hanya delapan hari. Sontak membuat beberapa mahasiswa terkejut dan melontarkan berbagai pendapat.
“Kalau minggu tenang diperpendek saya rasa masih biasa saja. Tapi, kalau pelaksanaan ujian yang diperpendek justru agak berat. Membuat pikiran kacau, dan belajarnya pun terbagi-bagi. Apalagi satu hari diisi dengan dua mata kuliah itu sangat tidak relevan. Perubahan sistem pun juga perlu adanya adaptasi,” ujar Heidi Oktaviani, mahasiswa Public Relations.
Meski begitu, tidak semua mahasiswa Stikosa-AWS menolak atas kebijakan baru tersebut. Tetapi, mereka masih mengeluhkan tentang perubahan penerapan UAS yang dirasa terlalu cepat tanpa pemberitahuan sebelumnya.
“Sebenarnya semua tergantung mahasiswanya. Kalau mereka sudah tahu kapan waktunya ujian tiba, mungkin mereka akan mempersiapkan jauh-jauh hari dan tak ada masalah. Malah kampus itu mempermudah kita untuk cepat liburan,” kata Tanjung, mahasiswa semester enam.
Sementara itu, Riezta mahasiswa semester empat berpendapat lain. Menurutnya, setiap mahasiswa mempunyai cara belajar yang berbeda. Ada yang cepat proses belajarnya, tapi ada juga yang susah. Kalau waktu persiapan lebih panjang bisa dimanfaatkan selain untuk belajar juga bisa menyegarkan otak agar tidak jenuh.
Di lain pihak, Putri Aisyiyah Rachma Dewi, Kepala Program Studi turut menanggapi. “Meski ujian diadakan satu bulan penuh, tidak akan berpengaruh pada proses belajar dan nilai hasil studi atau yang kerap disebut Indeks Prestasi. Jadi mereka itu hanya membuang buang waktu saja,” ujarnya tegas. N/F : Navis/ Abdul