actasurya.com – Berkarya dalam sebuah foto menjadi salah satu seni di era modern saat ini. Kini, fotografi telah menjadi bagian tak terelakkan dalam kehidupan manusia. Tidak melulu menggunakan kamera DSLR canggih, kamera handphone pun bisa digunakan dalam dunia fotografi.
Himpunan Mahasiswa Penggemar Fotografi (Himmarfi), menghelat seminar fotografi yang bertajuk “Fotografi Seluler dalam Foto Dokumenter”.Bertempat di ruang VI Stikosa-AWS, acara dimulai pukul 12.30 WIB.
“Walaupun kita pakai hape tapi punya bekal fotografi, hasilnya tetap bergaya. Sebaliknya, meski dengan alat yang bagus tapi tidak punya bekal fotografi, hasilnya juga kurang.” Begitulah salah satu kutipan yang disampaikan Mamuk Ismuntoro, dalam seminar fotografi pada Minggu (6/12).
Sebagai salah satu fotografer senior, Mamuk menerangkan perkembangan penggunaan seluler dalam dunia fotografi. Terutama dalam foto dokumenter. Perkembangan teknologi bukanlah hal yang dapat terelakkan.
“Ke depannya, mungkin sudah tidak lagi relevan menggunakan alat kamera yang besar. Sekarang sudah muncul smartphone dengan resolusi tinggi,” ujar penulis buku foto ‘Tanah yang Hilang’.
Mamuk bercerita, pernah suatu ketika National Geographic memberangkatkan fotografernya untuk melakukan foto dokumenter ke Libya hanya berbekal Iphone. Namun penting untuk diperhatikan, bagi setiap fotografer mengetahui karakter kamera perangkat seluler yang digunakan. Ada jenis seluler yang karakter hasil jepretannya halus dan ada juga yang hasil jepretannya kasar.“Perlu kesabaran dan kecermatan,” tegas fotografer indonesiaimages.net ini.
Tidak hanya berbagi ilmu, beberapa kali juga ditampilkan hasil foto dari Mamuk yang menggunakan seluler sebagai senjatanya. Diantaranya, foto seorang pengendara motor yang tengah melaju di jalan pada tengah malam, foto seorang penjual dengan topeng monyet yang ia gunakan saat melintas dipinggir jalan dan foto keramaian penumpang dalam Kereta Rel Diesel (KRD) Tanggul Angin – Surabaya.
Oleh karena itu, Mamuk mengingatkan, jangan membuat orang terlena dan tidak mengetahui bagaimana proses sebenarnya. Namun juga tidak boleh apatis akan perkembangan itu. “Perkembangan teknologi kita respon dengan fun saja. Jangan terlalu serius menanggapinya,” papar Mamuk.
Pria yang juga salah satu alumni Himmarfi ini menegaskan, bahwa gagasan adalah segalanya. Seberapapun canggih alatnya, namun gagasan kurang menarik maka nilainya juga kurang.
Seminar yang tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Stikosa-AWS ini merupakan serangkaian acara dari Dies Natalis Himmarfi yang ke-29. Event ini bertujuan untuk membangkitkan Himmarfi seperti yang dulu. Dimana diadakannya acara Dies Natalis, pameran, serta lomba foto. “Dengan seminar ini, kita bisa sharing pengalaman dan berdiskusi tentang foto,” ungkap Dimas Christyanto Sonya, selaku ketua pelaksana. (N/F: Dewid,Fahmi/ Dok. Pribadi)