actasurya.com – Program Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk menutup lokalisasi Dolly terus mendapat penolakan. Jika sebelumnya warga lokalisasi melakukan protes dengan aksi demo dan long march di sekitar area lokalisasi. Bahkan, mereka sempat menuliskan surat untuk Presiden RI dan Komnas HAM terkait penolakan ditutupnya Dolly.
Berbeda dengan Front Pekerja Lokalisasi (FPL) juga melakukan aksi penolakan terkait ditutupnya Dolly. Mereka menyampaikan kritiknya dengan cara menggelar aksi pertunjukan teater yang melibatkan para Pekerja Seks Komersial (PSK) sebagai pemain.
Pertunjukan teater yang diadakan di Wisma Studio, Komplek Dolly mengangkat judul ‘Dolly Riwayatmu Kini’. Dalam pertunjukan ini menggambarkan ketidaksetujuan para PSK dengan kebijakan Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang menargetkan untuk menutup Dolly pada 18 Juni 2014 mendatang.
“Teater ini merupakan wujud emosi para PSK di Dolly yang menentang penutupan lokalisasi Dolly,” ujar Mohammad Saif Satria, sutradara dalam pementasan ini yang juga merupakan anggota Teater Lingkar Stikosa-AWS.
Meski hanya latihan dalam lima hari, pementasan ini berjalan cukup lancar. Diawali dengan munculnya Risma yang menegaskan untuk menutup Dolly. Dilanjutkan dengan perdebatan tiga orang PSK yang mengkritisi kebijakan pemerintah tersebut.
“Bu Walikota sedang asyik bermain telenovela. Menangis di depan kamera. Merengek-rengek seakan tahu betul nasib kita,” ujar salah satu PSK yang tengah berdialog. Pementasan yang berdurasi satu jam ini kemudian diakhiri dengan pernyataan Risma kembali dan muncul pendukung-pendukungnya dari Gubernur Jawa Timur Sukarwo dan juga ormas-ormas.
“Dengan adanya teater ini, saya berharap Dolly tidak jadi ditutup. Kita tunjukkan bahwa kita bukanlah orang rendahan, tapi kami juga orang berpendidikan,” ujar Dian, salah satu PSK yang juga pemeran dalam pertunjukan ini.
Dian mengaku, selama ini dana yang diberikan pemerintah tidak cukup untuk menghidupi keluarganya. Ibu dari lima anak ini menambahkan untuk pelatihan sendiri yang sebelumnya pernah dijanjikan pemerintah hanya berjalan 2-3 hari saja. Setelah itu, tidak lagi berjalan hingga saat ini.
Nantinya, jelas Dian, jika Dolly benar-benar Dolly akan ditutup, seluruh PSK Dolly berencana untuk mencari para pelanggan di jalanan. “Sebelumnya di Dolly menjadi tempat yang resmi untuk lokalisasi. Kalau benar-benar ditutup, kami akan turun ke jalanan, seperti di daerah Kembang Kuning,” kata wanita asal Malang ini.
Dian juga menambahkan, bahwa dirinya tidak ingin hal seperti itu terjadi. Apalagi jika seluruh PSK benar-benar turun ke jalanan. Akibatnya, masyarakat nantinya akan terganggu oleh aksi mereka. “Tapi mau bagaimana lagi, kami yang sebelumnya sudah terpusat di Dolly, malah ditutup terus kita mau ke mana lagi,” jelasnya.
Ketua FPL Hardi menyebutkan, jika nantinya pemerintah memang benar ingin menutup lokalisasi, sebaiknya dikomunikasikan lebih lebih lanjut bagaimana kejelasan ke depannya. “Apalagi, kita tahu sendiri di sini suasananya sedang panas. Bukannya kami mencurigai setiap orang yang masuk ke sini. Tapi, akhir-akhir ini kami sering diprovokasi oleh pihak luar,” katanya.
naskah : Fahmi Aziz | foto : Lutfi A.