Actasurya.com – Karena tidak mendapatkan ijin dari pihak akdemik untuk mengadakan pemilihan di lingkungan kampus. Maka Pemilihan Ketua Ikatan Alumni (IKA) Stikosa-AWS digelar di Warung Kopi depan Stikosa-AWS.
“Karena kami (Tim Formatur, Red) sudah mencoba mengajukan diri ke akademik, untuk menggelar Pemilihan Ketua IKA Stikosa-AWS dengan lokasi yang lebih layak. Ternyata tidak disetujui oleh Pak Ismojo (Ignatius Ismojo Herdono, Red),” tegas Noor Arief Prasetyo, Ketua Tim Formatur, Minggu (11/11).
Senin (5/11), tim formatur ke akademik mengajukan ijin. Namun tidak disetuji dengan alasan, mereka (akademik, Red) tidak mau dituding berpihak pada salah satu jalur cikal bakal IKA Stikosa-AWS.
Menurut kacamata pria yang akrab disapa Arief ini, jika berbicara ketidak berpihakan, Ismojo sudah tidak adil. Pasalnya Sabtu (3/11), IKA Stikosa-AWS versi akademik (Panitia Kecil, Red) menggelar pertemuan di lantai dua.
Ketika disinggung mengenai adanya intervensi dari yayasan terhadap kebijakan yang dikeluarkan Ignatius Ismojo Herdono, Arief tidak bisa berbicara ada atau tidaknya intervensi dalam kebijakan tersebut. Karena tidak ada benang merah yang mengarah ke sana.
“Artinya, kita tidak bisa menghubungkan sebuah kebijakan dengan sebuah intervensi. Tapi kami mengamati kalimat beliau (Ignatius Ismojo Herdono, Red), yang melarang kami masuk dengan alasan tidak mau berpihak. Padahal kami punya bukti, bahwa Sabtu sebelumnya (3/11, Red) mereka (akademik, Red) memberikan ijin untuk kegiatan di lantai dua. Dari situ saja sudah ada kebohongan. Monggo diartikan sendiri. Ketika seseorang melakukan kebohongan, ada dugaan seseorang untuk menutupi sesuatu,” jelas Arief.
Ditempat yang berbeda, Minggu (11/11), reporter Acta Surya mengkonfirmasi hal tersebut kepada Ignatius Ismojo Herdono, Ketua Stikosa-AWS. Sebanyak dua kali via Sort Message Service (SMS) dan tujuh kali via telepon, namun tidak ada jawaban hingga detik ini. (N/F: Ayu/Navis)
1 Komentar
Saya prihatin melihat sikap akademik dalam menyikapi aspirasi para alumni yang punya niatan baik: ikut membantu almamater yg pernah membesarkannya. Sebagai alumni yang berada jauh dari Surabaya, tentu tak banyak yg saya ketahui tentang situasi Stikosa-AWS. Tapi melihat sikap akademik yg seperti ini, saya patut curiga ada hal tak patut yg mungkin berlangsung di kampusku tercinta ini.
Semoga akademik segera introspeksi. Dengan perkembangan pesat yg terjadi di luar, rasanya tak mungkin akademik membangun dan menjaga kampus sendirian –dan mengacuhkan alumni. Dengan jumlah alumni yang banyak, dan tersebar di berbagai bidang, itu merupakan potensi yg semestinya bisa diberdayakan untuk kelangsungan almamter tempat kami semua pernah belajar dan bertekun di masa lalu.
(Abdul Manan, alumni angkatan 1993. Kini jurnalis di Tempo).