Actasurya.com – Kamis (5/1/12), Acta Surya melakukan survei terhadap 50 mahasiswa Stikosa AWS mengenai pengetahuan mahasiswa tentang kepanjangan Stikosa AWS. Hasilnya, 58 persen mahasiswa tidak tahu pasti kepanjangan kampus wartawan tertua di Indonesia timur tersebut.
Sejak berdiri 47 tahun lalu, Stikosa AWS kini menghadapi cukup banyak permasalahan. Mulai dari merosotnya akreditasi, infrastuktur yang kurang memadai, serta konflik kepentingan civitas kampus. Dan salah satu yang lain ialah, kurang tahunya mahasiswa terhadap nama kepanjangan Stikosa AWS.
Menurut Andi Kurniawan, mahasiswa Stikosa AWS angkatan 2007. Kurang tahunya mahasiswa disebabkan tidak adanya sosialisasi dari pihak akademik. “Ketika saya semester satu sampai enam, website Stikosa AWS mati. Jadi untuk mencari informasi tentang AWS sangat sulit, termasuk soal kepanjangan nama Stikosa-AWS. Baru semester tujuh website mulai aktif kembali,” jelas mahasiswa jurusan jurnalistik tersebut.
Menanggapi kesimpangsiuran kepanjangan nama Stikosa AWS, Zainal Arifin Emka, mantan ketua Stikosa AWS menyatakan, kepanjangan Stikosa-AWS sempat beberapa kali ganti. Setelah Akademi Wartawan Surabaya (AWS), nama kampus berubah menjadi Stikosa, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya.
Beberapa saat kemudian, terjadi perdebatan terkait perrubahan nama baru tersebut. Hal itu dikarenakan faktor ruang lingkup mahasiswa yang berkuliah di Stikosa bukan hanya Surabaya melainkan Indonesia timur.”Beberapa mahasiswa Stikosa AWS juga berasal dari Kupang, NTT, Papua dan wilayah Indonesia timur lain.” tambahnya. Sehingga terjadilah perubahan nama untuk ke sekian kalinya menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa.
Sesaat waktu berselang, perubahan nama tersebut kembali menimbulkan perdebatan dikarenakan materi kuliah yang ada bukan hanya komunikasi massa tapi juga disiplin ilmu komunikasi lainnya. Barulah pada 1986 melalui ”Forum Rapat Perintis AWS”, kepanjangan Stikosa AWS disepakati menjadi Sekolah Tinggi ilmu Komunikasi–Almamater Wartawan Surabaya. N/F: Nurul