Actasurya.com – Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Stikosa-AWS berkolaborasi dengan Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) mengadakan pelatihan yang dilaksanakan di Ruang Multimedia Stikosa-AWS. Ketua Stikosa-AWS, Jokhanan Kristiyono menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari Dies natalis Stikosa-AWS yang ke-59. Adapun tema pelatihan ini yaitu ‘Menulis dan Memotret di Media Digital’.
“Workshop ini berkolaborasi dengan Yayasan Dana Sosial AL-Falah (YDSF). Kegiatan ini merupakan upaya untuk menghasilkan SDM yang memiliki kualitas. Selain itu juga, kegiatan ini merupakan serangkaian perayaan Dies Natalis Stikosa AWS yang ke 59 tahun,” jelas Jokhanan.
Jauhari Sani, Direktur YDSF, menyampaikan juga tentang pentingnya memahami aspek etika dan estetika dalam memproduksi konten di media digital. Untuk itu beliau juga percaya bahwa etika dan estetika adalah aspek keniscayaan.Beliau juga sangat bersyukur dapat mengimplementasikan ini bersama.
“Saya bersyukur inisiatif ini bisa kembali menguat sehingga bisa diimplementasikan bersama, agar nantinya kita bisa terus berbagi informasi, bermanfaat untuk tujuan-tujuan yang mulia. Lewat konten yang menarik, kita tentu berharap media online, baik portal berita maupun media sosial, tetap setia berbagi informasi dan inspirasi yang bermaanfaat pada masyarakat,” jelas Jauhari.
Gelombang Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, mulai bisa dirasakan di banyak tempat. Teknologi ini faktanya memberi banyak keluasaan yang mengarah pada efektifitas dan efesiensi. Bukan tak mungkin, teknologi AI ke depan akan terus menguat sehingga lebih dibutuhkan daripada sumber daya manusia itu sendiri.
“Hal-hal yang berhubungan dengan sisi unik manusia, mesti dioptimalkan agar AI tetap menjadi teknologi pendukung, bukan kekuatan yang mendominasi, karena sejatinya manusia lah yang akan tetap berperan mengembangkan kreatifitasnya,” ucap Hendro D. Laksono selaku salah satu narasumber ‘Workshop kreatif, Menulis dan Memotret di Dunia Digital’.
Di depan 60 peserta worksop yang diselenggarakan pada Senin 11 September 2023 ini, Hendro mengingatkan bahwa kekuatan unik manusia, salah satunya kreativitas, berpeluang menjadi benteng pertahanan agar tidak mudah terseleksi. Sekecil apapun itu, karena mengingat teknologi AI yang semakin cangggih.
Pendekatan kreatif, lanjutnya, berpeluang menciptakan konten unik. “Dan seperti diketahui, search engine, media sosial, bahkan aktivitas marketing communication yang dilakukan secara digital, mensyaratkan hal yang orisinil dan relevan,” tegas alumnus Stikosa-AWS ini.
Ia kemudiaan mengingatkan bahwa segmentasi harus dijawab lewat relevansi. Sementara persaingan media, mesti disikapi dengan konten orisinil dan isu yang unik sekaligus menarik. Setelah itu tinggal dukungan teknologi, SEO, pemahaman atas alogaritma dan lain-lain. Jika tanpa itu semua maka konten bagus tidak akan memenuhi syarat keterbacaan.
“Jika ada segmentasi maka harus dijawab dengan relevansi, karena persaingan media mesti disikapi dengan konten orisinil dan isu yang unik sekaligus menarik. Selain itu dukungan dari teknologi, SEO, pemahaman atas alogaritma dan lain-lain sangat dibutuhkan dalam memenuhi syarat keterbacaan,” jelasnya.
Mamuk Ismuntoro, fotografer profesional, juga mengingatkan trend artificial intelligence dalam dunia fotografi. Jika foto AI sebelumnya hanya berseliweran di grup terbatas, kini foto AI mulai muncul di wilayah mainstream. Ia bahkan melihat, ada media mulai menggunakan foto AI sebagai cover majalah.
“Beruntung, dalam keterangan cover disebutkan bahwa ini foto AI, bukan foto yang diperoleh lewat kegiatan pemotretan khusus,” ungkap Mamuk yang juga tercatat sebagai alumnus Stikosa AWS ini.
Ia pun menjelaskan, setiap foto memiliki makna informasi. Jika foto AI dibiarkan tumbuh liar, ia berpotensi menciptakan persepsi, bahkan kebohongan. Karena foto berita adalah fakta. Jika foto AI dibiarkan tumbuh seolah foto berita, dampaknya bisa sangat berbahaya.
Pendiri Komunitas Matanesia ini kemudian mengajak peserta workshop kembali mengenali dunia fotografi. Baik dari sisi teknis, hingga filsafat yang melekat dalam aktivitas fotografi itu sendiri.
“Kita berbagi cerita. Apa adanya, berbasis fakta, bukan kenyataan yang mengada-ada. Dan ini melekat di semua elemen dalam foto yang kita publikasikan, baik di portal berita, blog personal, bahkan sosial media,” terangnya.
(N/F: Kun/Dok.Pribadi)