Suasana UAS hari kedua di kelas II yang berlangsung di Stikosa-AWS, Selasa (9/7)
Actasurya.com – Berlangsungnya Ujian Akhir Semester (UAS) mulai Senin (8/7) kemarin, diwarnai protes mahasiswa Stikosa-AWS yang tak dapat mengikuti ujian. Diberlakukannya kebijakan administrasi pembayaran minimal 80 persen, menyebabkan beberapa mahasiswa AWS pagi dan malam tak dapat mengikuti ujian hari pertama kemarin.
Beberapa mahasiswa merasa dipersulit untuk mendapatkan dispensasi atau keringanan pembayaran uang perkuliahan mereka. Salah satunya mahasiswi semester enam Pujha Ayu Lestari, yang kesulitan mengikuti UAS dikarenakan belum adanya biaya yang mencapai 80 persen sesuai kebijakan baru kampus tersebut. “Tunggakanku hampir 12 juta, karena aku ya sempet cuti, dan hari ini aku bisa bawa uang 6 juta aja buat bayar kekuranganku, masih aja gak bisa ikut ujian,” resahnya.
Banyak cara dilakukan oleh mahasiswa Stikosa-AWS untuk mendapatkan uang pembayaran dalam waktu singkat, mulai dari menggadaikan kamera, laptop sampai BPKB sepeda motor pun ikut digadaikan. “Aku dapet uang segini ya gak mungkin satu hari kerja dapet uang segini banyaknya, aku terpaksa menggadaikan BPKB sepeda motorku buat bayar SPP ini,” jelas Pujha sambil menitikkan air mata.
Tak hanya itu, Inanda A’isa, salah satu mahasiswi semester empat turut merasakan dampak adanya kebijakan pembayaran 80 persen ini. Inanda mengatakan, ia tidak dapat mengikuti Ujian Akhir Semester di hari keduanya karena masa berlaku dispensasinya hanya untuk satu hari saja. “Sebenernya SPP-ku sudah lunas untuk satu semester ini, cuman DPP-ku yang masih kurang. Makanya aku minta dispen, ternyata dispenku cuman buat satu hari ya hari senin itu,” jelas Inanda.
Untuk dapat mengikuti ujian berikutnya, Inanda harus mencicil kekurangan pembayarannya kepada pihak administrasi. Menanggapi adanya pernyataan dari pihak akademik yang telah memberikan sosialisasi berupa surat pemberitahuan mengenai pembayaran yang harus dibayarkan, Inanda menampik hal tersebut. Semenjak kali pertama ia kuliah, hingga detik ini ia belum pernah menerima surat pemberitahuan tersebut. “Nggak pernah, dari awal aku masuk sini aku nggak dapet surat apapun, sosialisasi apapun. Baru tau ya karena sering ke BAAK itu,” kata mahasiswi jurusan Jurnalistik tersebut.
Gejolak tentang adanya peraturan pelunasan administrasi minimal 80 persen ini pun menuai kontra dari mahasiswa Stikosa-AWS. Salah satunya Figur Kautsar, mahasiswa angkatan 2013 ini menyayangkan soal diberlakukannya peraturan baru namun tanpa sosialisasi ini.
“Soal peraturan dispensasi ini menjadi gambaran bahwa kampus kita ini menjalin hubungan dengan mahasiswanya sendiri yang notabene menjadi jantung kampus. Tapi sayang relasinya hanya sekadar kamu hanya mahasiswa ibarat konsumen saya, saya menjual produk pendidikan yang kamu bakal enyam, dan kamu bakal bekerja di sana,” katanya.
Menurutnya sejak ia masuk tahun 2013, dan pihak kampus susah untuk menuturkan kebijakan adanya dispensasi ini, maupun mempunyai sikap jika tidak ada keringanan sama sekali untuk mahasiswanya yg belum membayar.
Dalam hal ini kebutuhan biaya operasional kampus juga dipertimbangkan. “Kebutuhan dana itu diperlukan oleh pihak kampus untuk menjalankan aktifitas pendidikan, otomatis pihak kampus hanya mengandalkan hampir sebagian besar uang mahasiswa. Sehingga kalau tidak ada kelancaran pemasukan uang dari mahasiswa, otomatis aktifitas dari pihak kampus akan tersendat, itu alasan logis,”
Ia pun menuturkan bahwa ada dua permasalahan di kampus biru ini, yang pertama tidak adanya transparansi dana dari akademik kepada mahasiswa. Yang kedua pihak kampus tidak membaca kultural mahasiswa sekarang, apa mereka dari orang kalangan ekonomi bawah atau atas, sehingga selalu terus-menerus dispensasi saat membayar SPP.
“Itu kan yang tidak dibaca oleh pihak kampus, sehingga saat ada kebijakan baru, lalu penerapannya tidak secara tepat, makanya terjadi chaos satu sama lain, antara pihak kampus dan mahasiswanya,” imbuhnya.
Dua hal itu yang harus menjadi perhatian oleh pihak kampus, secara sadar atau tidak sadar kebijakan baru akan menimbulkan pro dan kontra jika tidak disosialisasikan dengan baik. (N/F: alf/sya)