Jenny Lee, seorang seniman keramik. Setelah sukses menggelar pameran tunggalnya ‘Saat Detik Detak’ 2004 lalu, kini ia kembali dengan memamerkan karyanya yang bertema ‘My Diary’. Dalam karyanya, ia membicarakan persoalan dan kondisi perempuan.
Wanita yang belajar seni keramik di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta ini, memilih Galeri Seni ‘House of Sampoerna’ sebagai tempat digelarnya pameran karyanya.
Pameran yang diselenggarakan mulai 30 Desember 2009-17 Januari 2010 ini, mencoba mengangkat persoalan perempuan Indonesia dewasa yang mempunyai tanggung jawab pada keluarga, kepekaan terhadap adat dan budaya Indonesia, hingga perasaan bahagia dengan keberadaannya sebagai seorang perempuan.
Banyak yang menarik dalam pameran ini, misalnya karya yang berjudul ‘Antara Aku Dan Kau’. Sekilas sebuah ajakan bersikap acuh terhadap semua kontradiksi, antinomian, dan inkonsistensi dari kehidupan parempuan. Karya ini seperti mengajak kita untuk tidak berambisi menuntaskan semua kompleksitas tersebut, tetapi sekaligus jangan menyerah begitu saja.
Kesan yang tidak jauh berbeda kita dapatkan pada karya yang bejudul ‘Jangan Pernah Berhenti’, sebuah otobiografi yang tidak biasa. Sebuah penggambaran mengenai perjalanan seorang perempuan menempuh dunianya yang antinomian, dunia yang tidak bisa dijelaskan secara terang benderang. Wanita yang juga mengajar di Universitas Ciputra pada pameran kali ini, berusaha mempertahankan intensitas yang menjadi ciri khas seni keramik.
Icha, warga Rungkut Surabaya ketika dimintai komentarnya oleh Acta Surya mengungkapkan kekagumannya pada pameran seni keramik ini. “Saya kagum dan suka semua yang bertema tentang perempuan,” ujar mahasiswa Stikosa-AWS. (N/F: Gilang)