actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
Facebook Twitter Instagram
TRENDING
  • Sepenggal Kisah Museum Pahlawan
  • Kebebasan Pers Dibungkam LPM Lintas Ajukan Gugatan
  • Ngonten Bareng Warga, Bentuk Upaya Optimalisasi Potensi Wisata Bahari Sontoh Laut
  • Lomba Dayung Sampan, Bentuk Promosi Wisata Air Sungai Kalimas
  • Surabaya Vaganza, Wujud Kebangkitan Ekonomi Kota Pahlawan
  • Festival Rujak Kembali, Setelah Vakum Selama Pandemi
  • RRI Pro 2 Goes To Campus, Gelar Talkshow di Kampus Wartawan
  • Sirikit Syah Berpulang, Kampus Pencetak Wartawan Berduka
Facebook Twitter Instagram
actasurya.com
  • HOME
  • BERITA
  • FEATURES
    • TOKOH
    • SENI & BUDAYA
    • GAYA HIDUP
  • OPINI
  • SASTRA
    • PUISI
    • CERPEN
  • PHOTOGRAPHY
  • E MAGAZINE
  • REDAKSI
actasurya.com
Home»BERITA»Pameran Seni Keramik My Diary
BERITA

Pameran Seni Keramik My Diary

redaksiBy redaksi23 Januari 2010Updated:9 Februari 2013Tidak ada komentar2 Mins Read
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

Jenny Lee, seorang seniman keramik. Setelah sukses menggelar pameran tunggalnya ‘Saat Detik Detak’ 2004 lalu, kini ia kembali dengan memamerkan karyanya yang bertema ‘My Diary’. Dalam karyanya, ia membicarakan persoalan dan kondisi perempuan.
Wanita yang belajar seni keramik di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta ini, memilih Galeri Seni ‘House of Sampoerna’ sebagai tempat digelarnya pameran karyanya.
Pameran yang diselenggarakan mulai 30 Desember 2009-17 Januari 2010 ini, mencoba mengangkat persoalan perempuan Indonesia dewasa yang mempunyai tanggung jawab pada keluarga, kepekaan terhadap adat dan budaya Indonesia, hingga perasaan bahagia dengan keberadaannya sebagai seorang perempuan.

Banyak yang menarik dalam pameran ini, misalnya karya yang berjudul ‘Antara Aku Dan Kau’. Sekilas sebuah ajakan bersikap acuh terhadap semua kontradiksi, antinomian, dan inkonsistensi dari kehidupan parempuan. Karya ini seperti mengajak kita untuk tidak berambisi menuntaskan semua kompleksitas tersebut, tetapi sekaligus jangan menyerah begitu saja.
Kesan yang tidak jauh berbeda kita dapatkan pada karya yang bejudul ‘Jangan Pernah Berhenti’, sebuah otobiografi yang tidak biasa. Sebuah penggambaran mengenai perjalanan seorang perempuan menempuh dunianya yang antinomian, dunia yang tidak bisa dijelaskan secara terang benderang. Wanita yang juga mengajar di Universitas Ciputra pada pameran kali ini, berusaha mempertahankan intensitas yang menjadi ciri khas seni keramik.
Icha, warga Rungkut Surabaya ketika dimintai komentarnya oleh Acta Surya mengungkapkan kekagumannya pada pameran seni keramik ini. “Saya kagum dan suka semua yang bertema tentang perempuan,” ujar mahasiswa Stikosa-AWS. (N/F: Gilang)



 

Mahasiswa Pers Surabaya
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
redaksi
  • Website

Related Posts

Sepenggal Kisah Museum Pahlawan

31 Juli 2022

Kebebasan Pers Dibungkam LPM Lintas Ajukan Gugatan

9 Juli 2022

Ngonten Bareng Warga, Bentuk Upaya Optimalisasi Potensi Wisata Bahari Sontoh Laut

26 Juni 2022

Leave A Reply Cancel Reply

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

NAVIGASI
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
JEJARING KAMI
Tweets by actasurya
Facebook Twitter Instagram Pinterest
  • IKLAN
  • E MAGAZINE
  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • ARSIP
  • KONTAK
© 2022 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.