actasurya.com – Surabaya (27/3), mengenang kepulangan komposer legendaris Indonesia, Pertemuan Musik adakan sebuah ritual bertajuk “Slamet Dalam Karya, Laku, dan Ilmu.” Di buka pukul 19.30 WIB dengan pembacaan puisi oleh salah seorang seniman muda karya Gema Swaraya Gita berjudul Sluman Slumun Slamet.
Malam itu seakan membawa para pegiat seni berjumpa kembali dengan bapak musik kontemporer Indonesia itu. Sosoknya begitu hangat di tengah diskusi yang mengupas bagaimana Slamet melahirkan karya, dedikasi dalam bermusik, serta ilmu yang dipanggul untuk di wariskan.
Bincang-bincang terasa ketika ketiga pembicara yakni Wiek Herwiyatmo ,rekan SAS (sebutan untuk Slamet A Siukur). Joko Porong, murid SAS, dan Gema Swarayatgita murid yang sekaligus bertindak sebagai moderator dalam mengingat perjalanan peraih penghargaan Bronze Medal festival De Jeux d’Automne di Paris itu. Lalu muncullah beberapa orang yang turut berbicara seputar SAS yang terkait dengan pengalaman pribadinya yang kemudian setiap rekannya yang ada disana merasa kembali begitu dekat dengannya.
“Slamet sangat nyentrik dan banyak mengalami suka duka bersama saya, awal kami bertemu saat berada di Akademik Dewan Kesenian Jakarta,“ tutur Hadi Purnomo salah seorang kawan dari pemilik karya Ketut Candu itu. Disusul pula dengan Lini Natalini dan beberapa rekan SAS yang turut berfaksional.
Pasca diskusi, doa bersama dikumandangkan. Alunan musik, teriakan pembacaan sajak, suara merdu, yang sekejab suasana berubah hikmat dan haru di tengah keriuhan Warung Mbah Cokro yang juga dipadati oleh pengunjung warung lainnya.
Selain di Warung Mbah Cokro, Jalan Raya Prapen, Panjang Jiwo Surabaya acara demikan berlangsung juga di tujuh kota sekaligus, seperti Jakarta, Bogor, Jogjakarta, Padang, Pontianak dan Papua.
“ Inspirative, bagus, sekaligus baik bagi masyakarat yang belum mengenal sosok beliau dapat di peroleh disini,” tutur Evi, penikmat musik. (N/F: Hening)