actasurya.com – Menikmati segelas kopi susu ini memang butuh sedikit kesabaran. Pasalnya, ketika disuguhkan pengunjung perlu menunggu beberapa saat hingga kopi meresap. Lalu diaduk terlebih dahulu dan dibuang ampasnya. Sedikit merepotkan, tapi cara ini dianggap akan menambah sebuah kenikmatan.
‘Kopi Susu Kasar’ namanya, ketika diseduh terasa masam di lidah. Bubuk kopi yang harusnya tertumbuk halus dan mengendap di bawah, pada kopi ini malah terapung ke permukaan gelas. Menjamurnya warung kopi yang terus tumbuh di kota-kota besar, membuat para pemilik kedai berlomba menciptakan varian macam kopi.
Warung kopi Mbah Lajiem. Bertempat di jalan Kramat Langon sekitar pelabuhan Gresik, warung ini sudah berdiri sejak tahun 1983. Awalnya menu yang disajikan hanya kopi racik biasa, sekitar lima tahun lewat, kreasi tangan penerusnya Cak Lukman, akhirnya mampu membuat kopi olahannya sendiri yang lalu terkenal di pasaran, Kopi Susu Kasar. Harga yang dibandrol cukup murah hanya Rp. 4.500 segelas.
Jika melirik proses pembuatannya, warung kopi Mbah Lajiem memberikan pertunjukan mirip di kafe-kafe yang pembuatan kopinya melalui proses panjang. Mula-mula si peracik akan menuangkan susu creamer sesuai takaran, lalu empat sendok bubuk kopi yang sengaja ditumbuk kasar, terakhir disiram air panas dari panci besar yang dituangkan secara berputar. Cara ini dilakukan agar bubuk kopi bisa naik ke atas permukaan.
Warung kopi ini buka mulai pukul 07.00 WIB hingga malam dini hari. Mbah Lajiem tak pernah sepi pembeli. Terlihat mereka yang datang asyik bercerita dengan teman ataupun pelanggan lainnya.
Pemilik menceritakan warungnya selalu ramai bukan karena adanya fasilitas Wi-fi yang terpasang untuk memanjakan setiap pelanggan. Melainkan terjaganya cita rasa khas racikan pada setiap kopi yang tersajikan.
“Saya jual kualitas, bukan fasilitas,” ucap Cak Lukman tersenyum sambil nyeruput kopi. (N/F: Tony)