actasurya.com – “Kalau hobi dan kesenangan Anda itu bisa dijual dan bisa menghasilkan, coba teruskan.”
Itulah pedoman seorang Chairul Anwar sebagaimana ia kutip dari buku Ippo Santosa tentang 7 Keajaiban Rezeki. Chairul Anwar yang satu ini bukanlah seorang pujangga. Ia merupakan Anwar yang berbeda.
Chairul Anwar merupakan seorang pengusaha handycraft, dengan produk mainan edukasi anak-anak berbahan dasar balok kayu bekas. Berawal dari rasa kecintaannya terhadap mata pelajaran matematika, kini Anwar menciptakan kreasi dengan permainan geometris yang mengasah konsentrasi logika.
“Saya itu sangat suka sama matematika. Dan bentuk-bentuk produk saya ini geometri simetris. Artinya bentuknya tidak asal-asalan karena penuh dengan perhitungan dan pengukuran,” cerita pria 40 tahun ini.
Idenya muncul ketika Anwar menemukan permainan masa kecilnya, yakni permainan logika konsentrasi pada pelajaran matematika. Ia pun mencoba membuat, namun dulu bahan dasar yang dipergunakan terbuat dari spon.
“Waktu itu saya menemukan permainan masa kecil saya. Permainan logika konsentrasi. Dulu bahannya dari spon. Saat itu ada konsumen komplain. Gampang rusak, katanya. Akhirnya saya buat dengan balok kayu dan bekerja sama dengan tukang mebel kayu,” cerita pria yang juga masih aktif bekerja di lembaga amir zakat ini.

Memang, segmentasi permainan ini sebagian besar untuk anak-anak. Namun tak jarang, kalangan remaja juga tertarik dengan permainan yang Anwar ciptakan.
Salah satu cerita menarik adalah ketika ada salah satu mahasiswa dari universitas negeri ternama jurusan matematika di Surabaya, menjajal permainan Puzzle T. Alhasil mahasiswa tersebut tidak bisa merangkai huruf T dengan permainan 4 bidang yang sederhana itu.
“Pernah saya cobakan ke mahasiswa jurusan matematika, ternyata dia juga gak bisa. Malu-malu dia,” candanya.
Anwar berharap pemerintah bisa mendukung perbaikan kualitas produknya. Ia juga ingin mendapatkan lisensi hak cipta, agar produknya tidak bisa dibajak dan ditiru oleh orang lain.
“Saya berharap usaha saya ini ada lisensi Haki dan label SNI-nya. Karena saya rasa produk saya ini sudah memenui standar. Bentuknya tidak lancip, tidak kasar dan juga halus. Pokonya saya jamin aman untuk anak-anak. Cuman ya itu, tetap harus diuji,” tutupnya. (N/F: Andhi)