Langit yang mendung, hujan rintik-rintik yang mengguyur Surabaya siang itu tidak mematahkan semangat para Pedagang Kaki Lima (PKL) di Jalan Praban, Surabaya. Beberapa pedagang pelan-pelan membuka penutup plastik dagangannya yang semula digunakan untuk menutup sepatu jualan mereka dari hujan.
Sekilas melihatnya apa yang jual mereka hampir serupa. Menjual sepatu olahraga hingga sepatu pantovel merupakan mata pencaharian mereka.Sejak tahun 1980an area ini memang sudah terkenal sebagai area berjualan sepatu. Walaupun para penjualannya sudah tidak sebanyak dulu. “Dulu lapak kami saling berhadapan sejak ada program perapian dari Pemerintah Kota (Pemkot) jalan ditrotoar mereka pindah tidak berjualan disini,” ujar Roshid, salah satu PKL di area Praban.
Lokasi yang beda tepat di depan jalan raya praban itu yang membuat area ini mudah dikunjungi. Selain lokasinya strategis membeli sepatu di lapak yang buka sejak pukul 9 pagi- 10 malam memang terkenal harga lebih miring dibanding di toko-toko yang ada. “Saya membeli sepatu disini karena refensi dari teman-teman saya yang mengatakan harga disini lebih murah dibanding dengan yang ada ditoko.” tutur Handoko,salah satu pembeli diarea praban ini.
Para penjual mematok harga sepatu mulai Rp 35 ribu hingga Rp 100ribu. “Pernah ada pembeli yang mencari sepatu di toko dengan harga 200ribu tetapi kalau beli di sini ya bisa lebih murah. Sekitar 100ribu saja sudah sudah dapat.” Tutur pria yang sudah 25 tahun berjualan di area praban. “ Tetapi jangan salah mbak, kualitas sepatunya sebenarnya juga tidak kalah dengan yang ada di toko-toko hanya berbeda mereknya.” Imbuhnya sambil tersenyum
Mereka ini mendapatkan sepatu-sepatu ini dari beberapa toko kota Bandung, Mojokerto dan Sidoarjo. “Lebih banyaknya kami beli didaerah Tanggulain,Sidoarjo,” jelas pria paruh baya ini. Para penjual sepatu disini memperoleh hasil yang lebih banyak pada bulan Juni-Juli saat pergantian tahun ajaran baru. Pembeli yang datang kesini tidak hanya dari area Surabaya saja, tetapi dari luar kota bahkan dari luar pulau juga banyak yang datang. “Kalau pembeli yang suka datang ke lapak saya ada yang datang dari Kalimantan, Menado, Papua.Biasanya mereka membelinya hanya unutuk sekedar oleh-oleh. Tidak jarang mereka menjual kembali sepatu-sepatu ini didaerahnya,” jelas pria berkulit sawo matang ini.
octovina ane bella p. | foto : subagus indra
1 Komentar
Over and over again I like to think about this problems.
As a matter of fact it wasn’t even a month ago that I thought about this very thing.
To be honest, what is that the answer though?