actasurya.com – Di era sekarang, semua telah berbau serba praktis dan elektronik. Apalagi jika kita melihat dari sisi industri musik yang dari masa ke masa pasti berubah, entah dari segi gaya bermusik hingga rilisan karya. Tak hanya itu, banyaknya pembajakan dari oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab, mengakibatkan banyak pula toko kaset yang tutup dan bangkrut.
Hari ini (17/04) merupakan Record Store Day, dimana merupakan perayaan sedunia merayakan rilisan single, mini album atau album dalam wujud fisik. Acara ini akan menjadi surga bagi mereka penikmat rilisan fisik dan kolektor musik. Di Indonesia sendiri, sebanyak 20 kota turut merayakan acara ini, dan kota Surabaya pun tidak mau ketinggalan untuk merasakan gegap gempita Record Store Day.
Berlokasi di Cafe Aiola Surabaya, sekitar pukul 12.00 siang para penjual sudah mulai menata kaset pita, piringan hitam, kaos, dan berbagai hal berlatar belakang musik. Sebanyak 23 tenant sudah siap untuk meramaikan acara ini, ditambah lagi untuk masuk ke acara tidak dipungut biaya. Pengunjung mulai berdatangan sekitar pukul 13.00, walaupun sempat hujan, namun antusias akan acara ini tidak padam.
Erik Rumana, panitia, mengaku acara ini memang sangat ditunggu oleh para penjual rilisan fisik, karena kebanyakan jika diluar, sewa tempatnya berbayar, ditambah untung yang didapatkan pun sedikit. Hal inilah yang membuat para penjual senang karena di sini tenant-nya gratis. Bukan hanya untuk memfasilitasi para penjual rilisan fisik, Erik juga berharap untuk musik Surabaya agar semakin panas dan banyak yang tahu, karena rilisan fisik itu sangat penting.
“Ya kalau kalian suka bandnya ya beli rilisan fisiknya, ya kita gak haramin buat download sih,” jelas Erik saat diwawancarai.
Di tenant–tenant banyak sekali rilisan fisik dari tahun 70-an hingga sekarang. Bahkan ada juga rilisan album mulai dari Dara Puspita, Eagles, Led Zeppelin. Untuk harga sendiri mulai dari lima belas ribu hingga ratusan ribu. Salah satunya tenant milik pria yang akrab dipanggil Upil, yang mana menjual kaset dan piringan hitam. Ia mengaku pertama kali ikut acara ini, tapi ia sendiri sudah bergelut 3 tahun di rilisan fisik.
Ada juga Ricolah Desafrianto, yang ikut bagi penjual rilisan fisik, menurut Rico acara ini bagus karena bisa mengumpulkan penjual – penjual di satu tempat, “Ya lumayan lah sudah banyak yang beli album fisik dari pada download,” ujar Rico saat ditanya mengenai antusias masyarakat sekarang tentang rilisan fisik.
Memang pengunjung yang datang rata- rata anak muda, namun tak sedikit pula orang tua yang datang. Seperti Rizki yang juga termasuk pengunjung dan kolektor rilisan fisik, ia sudah memborong 4 buah piringan hitam dan 2 kaset pita. Rizky berharap kedepannya acara Record Store Day ini bisa lebih besar. Ia juga ingin para penjual sebelumnya diberikan pelatihan bagaimana cara merawat piringan hitam, karena menurut Rizky piringan hitam yang dipamerkan dan dijual tadi kurang perawatan. (N/F : Roesdan/ Andhi)