actasurya.com – Berdandan sebagai badut yang merupakan ciri khasnya, berkeliling di sekitar daerah jalan Raya Satelit Utara serta mendendangkan lagu-lagu hiburan untuk masyarakat, itulah sosok yang dikenal dengan nama Deddy Harianto. Dengan menenteng pengeras suara, dia tidak mempedulikan panasnya matahari demi mengais rejeki setiap harinya.
Pria yang kerap disapa Dedy ini, telah berkiprah menjadi seniman badut sejak tahun 1975, Menurutnya untuk menjadi seniman badut tidaklah mudah, dikarenakan banyaknya lika-liku kehidupan saat menjalani profesi yang diambil. Meskipun begitu ia merasa menemukan jati dirinya ketita menggeluti profesi ini.
“Ya memang penghasilannya tidak seberapa, tapi saya belajar di paguyuban untuk menjadi seorang seniman badut itu harus tulus menghibur. Membuat orang terhibur itu kepuasan batin tersendiri bagi saya dan tidak bisa dibayar dengan uang,” ungkap Deddy, pria berusia 42 tahun ini.
Penghasilan yang diperoleh Dedy dari pekerjaannya tak pasti. Terkadang jika ada job panggilan untuk ulang tahun bisa meraup keuntungan sekitar 350 – 600 ribu, tapi tak jarang jika sepi job, Ia hanya mendapatkan uang 5 ribu saja dari hasil kelilingnya sebagai pengamen. Dulu sebelum Dedy mempunyai kostum badut, ia harus menyewa terlebih dahulu dengan harga 3 – 5 ribu per hari, tapi pada akhirnya ia dapat membeli baju badut sendiri dari pendapatannya sebagai badut keliling
Awal Dedy mengenal seni badut tersebut, ketika Dedy bersiap untuk mengadu nasibnya di Jakarta, untuk mencari pundi-pundi rezeki. Bermula menjadi pengemis di Ibukota, ia mulai berkenalan dengan teman-teman paguyuban seniman badut. Di sana ia mulai mendalami seni tersebut.
Menjadi seorang seniman badut ternyata memiliki beberapa etika yang harus diperhatikan, “Rumah yang pintunya tertutup rapat itu gaboleh kita ngamen disitu jika yang punya rumah tidak mau ngasih uang kita tidak boleh marah, jika dikasih 50 rupiah kita harus menerimanya dengan ikhlas. Tapi jika kita ngamen terus yang punya rumah tutup pintunya dengan kencang sampai bunyi braaak!!! Kita berhak menegurnya itu yang diajarkan di paguyuban dan etika itu tetap saya pegang sampai sekarang,” ujar pria asal Surabaya.
Tahun 90-an Dedy sempat vakum pada profesinya sebagai badut keliling dan beralih profesi sebagai kuli bangunan, dikarenakan kebutuhan ekonomi yang semakin banyak. Pada tahun 2005, dia kembali ke profesi awalnya, disebabkan tak nyaman dengan pekerjaan sebagai kuli bangun tersebut.
Banyaknya Pengalaman yang dirasakan Laki-laki berusia 42 tahun tersebut. Salah satunya ketika membantu temannya yang kesusahan, dengan meminjamkan kostum badutnya, yang ternyata dibawa kabur oleh temannnya. Meskipun begitu ia tidak marah dan legowo atas kejadian tersebut. “Saya kalo bisa bantu pasti saya bantu, saya pernah coba bantu teman saya waktu kesusahan saya pinjami kostum saya untuk dia cari uang tapi dibawa kabur saya tidak marah saya malah ketawa,” pungkasnya dengan sedikit tertawa.
Meskipun begitu bapak dua anak tersebut berkata bahwa berkarya dengan hati yang tulus itu sangat menyenangkan, jika kita sudah merasakan pasti kita tidak memikirkan berapa uang yang kita dapatkan. ”Ini semua tentang ketulusan kita dalam berkarya, kalo kita sudah tulus dalam berkarya uang gabisa membelinya,” kata Dedy sebelum mengakhiri perbincangan. (N/F : Irvan /Paulus)