actasurya.com – Membawa memori kita kembali pada masa kanak-kanak, ketika menonton film Barbie yang berlatar di kerajaan beristana megah. Bisa juga pikiran kita dibuat melayang, membuka ingatan akan kastil milik pangeran tampan dalam dongeng Cinderella atau Snow White. Hal inilah yang akan kita rasakan saat beradu mata dengan keindahan bangunan ini.
Memang, jika dilihat sekilas, bangunan ini mirip seperti kastil atau istana. Dibangun dengan arsitektur kuno bergaya Eropa dan temboknya tersusun dari dominasi batu bata merah yang rapi. Apalagi di sisi kanan kirinya, terdapat menara kembar yang menjulang tinggi, membuat gereja tua ini tampak gagah.
Tergoda untuk menilik gereja ini lebih dalam, langkah demi langkah pun berpijak menyusuri seisi gedung. Sepasang mata juga dimanjakan dengan semua sisi bangunan yang tampak rupawan. Dari depan saja, terlihat bangunan gereja yang simetris dengan tiga pintu masuk. Sedang di pintu utama, terdapat patung putih yang berada sisi kanan dan kirinya.
Sempat merasa tercengang, ternyata ada yang menarik di sisi kanan gereja, yaitu museum kecil yang memuat benda-benda tua bersejarah. Tak kalah menarik, di bagian kiri pun terdapat patung Yesus serta lukisan perjalanan Yesus sebelum wafat.
Menapaki jejak hingga ke sudut belakang gereja, rupanya ada bangunan seperti goa yang biasa digunakan umat Katolik untuk berdoa. Goa ini biasa disebut dengan goa Maria.
Bagian dalam gereja pun tak kalah menakjubkan. Langit-langitnya didekorasi dengan kayu yang melengkung. Terdapat jendela-jendela yang tinggi dan lebar dengan nuansa neoghotik, sehingga matahari mampu menembus jajaran jendela.
Terlihat rupawan dengan warna dominasi warna ungu, di bagian depan gereja terdapat altar yang juga megah. Beberapa ornamen pun tertata rapi di dinding, menambah keindahan interior gereja.
“Menginjak bulan Desember didalam gereja ini lebih identik dengan warna ungu, karena akan menyambut masa advent dan pra paskah,” ucap Rino, yang kesehariannya menjadi koster (penjaga) gereja.
Sejarah Gereja
Bertempat di Jalan Kepanjen no 4-6, Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria merupakan gereja Katolik tertua di Surabaya. Gereja yang juga biasa dikenal orang dengan sebutan Gereja Kepanjen ini dibangun pada tahun 1815. Sebelum memiliki nama seperti sekarang, gereja yang diarsiteki oleh W.Westmas ini sempat beberapa kali berganti nama.
“Jadi, awalnya gereja yang pertama bukan disini. Melainkan di persimpangan jalan Merak dan Cendrawasih. Dulu namanya bukan seperti sekarang. Hanya Santa Perawan Maria saja namanya,” terang koster yang hobi memainkan piano ini.
Lantaran adanya tiga hal utama yang mendesak, gereja ini akhirnya dibangun kembali pada 1899. Tiga hal tersebut yakni, umatnya yang semakin bertambah sehingga tidak mampu menampung, bangunannya yang mulai retak-retak dan terakhir lokasinya yang kurang strategis.
Setelah menyelesaikan semua pembangunannya dengan apik, pada 5 Agustus 1900 gereja ini akhirnya diresmikan. Pada tanggal itu pula gereja Kepanjen pertama kali dipakai untuk peribadatan umat Katolik.
Perjalanan gereja sempat menemui aral, tepatnya pada tahun 1945, warga setempat memutuskan untuk membakar gereja ini. Alasan pembakarannya adalah agar penjajah dari Jepang tidak memakai bangunan ini lagi.
Langit-langit, menara, bangku-bangku kayu, jendela maupun pintu tak ubahnya menjadi sisa abu yang siap ditiup angin. Hanya tersisa barang-barang penting yang sengaja diselamatkan, ditambah dengan dinding gereja yang masih bertahan sampai saat ini.
Lalu, tahun 1950 diadakan renovasi untuk pertama kali. Ketika renovasi, tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap bentuk bangunan, karena renovasi ini bertujuan unuk tetap mempertahankan bentuk gereja seperti sedia kala. Terjadi renovasi atap dan kaca-kacanya, namun, saat renovasi pertama kaca-kacanya masih dalam keadaan normal.
Barulah di tahun 1960 difokuskan untuk merenovasi kaca. Pada renovasi kaca dikerahkan ahli warna, ahli desain dan ahli kaca itu sendiri. Beberapa ahli tergabung menjadi satu tim yang bekerja sama secara maksimal. Terbukti dari betapa indahnya kaca yang menghiasi gereja ini.
Enam tahun setelahnya, baru terjadi pembangunan kembali menara. Karena waktu renovasi pertama masih dalam kondisi belum semegah dan setinggi sekarang. Kemudian di tahun 1998, gereja ini resmi ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Setelah menjadi cagar budaya, keindahan dan keunikan gereja pun menjadi daya tarik tersendiri bagi jamaah yang sedang beribadah. Tak hanya itu, Gereja Kelahiran Santa Maria Perawan ini juga sering dijadikan sebagai tempat upacara pemberkatan atau baptis.
“Sampai saat ini gereja masih menjalankan misa disetiap harinya dan aktif dalam kegiatan paduan suara atau kor, upacara pemberkatan, dan terkadang digunakan sebagai tempat penelitian dan objek wisata,” tutur Rino. (N/F: Gusti/Fiqoh)