Actasurya.com – Sukses dengan pementasan Mamasura Kota yang pertama dihelat pada malam sastra 20 oktober 2018 lalu, kini Teater Lingkar Surabaya kembali menyuguhkan pementasan yang mengangkat soal permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi disekitar.
Dalam gelaran pentas tersebut, Teater Lingkar Surabaya mengajak masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyebaran informasi lewat pementasan mereka berjudul ‘Mamasura Kota II: Distopia’ yang digelar di Gedung Cak Durasim, Surabaya, pada Rabu (14/8/2019).
‘Siapakah pencipta mata-mata buram dari sebuah kata-kata?’, itulah sepenggal naskah Mamasura Kota II: Distopia. Dalam penggalan naskah itu, tertulis sebuah pesan, jika manusia banyak memiliki intrik, memanipulasi sebuah informasi untuk kepentingan mereka sendiri.
“Dalam pementasan ini, kami mencoba menghadirkan kenyataan-kenyataan yang terjadi untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat agar lebih waspada terutama pada penyebaran berita hoaks”, kata Nanda Esa selaku Pimpinan Produksi Mamasura Kota II : Distopia.
Menurutnya, secara tidak sadar penyebaran informasi yang bebas dan masif, kini semakin kuat untuk dikendalikan. Egois manusia pun juga tersebar lewat informasi yang hanya menguntungkan beberapa pihak.
“Kita tahu bahwa informasi kini semakin mudah disebarkan dan sangat besar potensi untuk memanipulasi sebuah informasi. Berita hoax tersebar dengan mudah dan cepatnya. Karena kurangnya pengetahuan atau kurang waspadanya masyarakat maka dengan mudah mereka mempercayai informasi yang masuk,” tambahnya.
Dalam pementasan ini mereka mencoba untuk menyuguhkannya cerita tentang sosial, mulai dari propaganda, doktrinisasi, pencucian otak, hingga perundungan yang dikemas selama 60 menit ke atas panggung.
Selain ingin mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap penyebaran informasi hoaks karena tidak sedikit pula yang telah termakan dan mempercayai informasi tersebut tanpa harus klarifikasi.
Menurut Iqbal Jazuli selaku sutradara, dalam naskah yang ditulisnya itu, kami ingin mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak mudah dikendalikan oleh ego manusia. “Distopia itu sendiri merupakan ruang imajiner dalam pikiran manusia. Sebuah tempat yang bahkan tidak pernah diharapkan dalam kenyataan. Tempat penuh dengan Mamasura atau iblis penyebab ke-egoisan,” tutup Iqbal. (N/F: alf)