actasurya.com – Masih di nuansa hari Woman Day’s atau kelahiran seorang yang memperjuangkan persamaan hak pria dan wanita yang jatuh pada tanggal 21 April kemarin. ARFEM ( Arek-arek Feminism ) Surabaya, Salah satu Komunitas yang peduli dengan dibidang feminis ini melakukan sebuah gerakan kepedulian terhadap kesetaraan hak kaum laki dan kaum perempuan dalam sebuah diskusi umum. Diskusi kali ini mengambil tema ‘Feminism4men’, Minggu (22/4) di C20 Library and Collabtive, Jalan Doktor Cipto No.22, DR. Soetomo, Tegalsari, Surabaya.
Diskusi kali ini menghadirkan Aan Anshori (Jaringan Islam Anti Diskriminasi) dan Abdurahman Sofyan (Pengamat dan Pemerhati kesejahteraan Hak Buruh di Malang ). Mereka menjadi narasumber dalam acara diskusi ini dan dimoderatori oleh Maryam Jameelah anggota ARFEM.
Diskusi kali ini tak hanya diperuntukan oleh perempuan, namun target utamanya ialah para laki-laki sebagai pelaku utama dalam masalah ini, bagaimana mengubah konsep pola berpikir pria, bahwa di dunia perempuan juga memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam hal segalanya.
Acara di mulai pukul 13.30 WIB, pembahasan pertama di sampaikan oleh Aan Anshori, ia menyampaikan faktor-faktor adanya virus Feminism dengan mengkaitkanya terhadap agama. Menurutnya penafsiran agamalah merupakan faktor utama adanya kesenjangan ketidaksetaraan hak.
“Seperti halnya Syekh Puji, ia berpoligami dengan alasan utamanya adalah agama, maka istri-istri lainnya pasrah, karena mereka meyakini hal itu sesuai dengan agamanya,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga menunjukkan posisi Indonesia dalam peringkat dunia mengenai Kesetaraan Hak dan Indonesia berada di peringkat ke 88 dari 144 negara. Dalam kesimpulannya ia tidak menyalahkan sepenuhnya agama, namun ia lebih melihat pada pembenaran perspektif idiologis terhadap agama. Pada intinya ia menyampikan, “Bahwa kunci dari adanya feminisme ialah hak yang sama dan kesempatan yang sama,” jelasnya.
Masalah Feminism juga tejadi pada kesepakatan kerja, seperti halnya demo buruh yang didominasi oleh perempuan di Malang, “Kemarin sempat ada demo buruh yang di ketuai oleh seorang ibu-ibu yang merasa haknya belum terpenuhi, dalam kelompok demo tersebut hanya ada empat laki-laki . Hingga si ketua meninggal pun dan haknya belum juga terpenuhi,” tutur Sofyan.
Dari serangkaian acara, menurut Aqmarina Kholisha alumnus Universitas Gajah Mada menilai “ Acara ini cukup menarik, menambah wawasan yang tidak mainstream, namun pada pembahasan kurang menjurus pada tema,” ucapnya.